Bacajuga : Distributor : Pengertian, Ciri-Ciri, Fungsi, Tugas, Kelebihan Dan Kekurangan Distributor, Serta Perbedaan Antara Distributor Dan Supplier Tugas Vendor . Dalam supply chain management atau rantai pasokan, vendor mempunyai tugas : Seiringdengan berkembangnya e – commerce supply chain management, ada beberapa hal yang mungkin perlu Anda perhatikan dan Anda jadikan strategi dalam mengoperasikan menegement seperti ini. berikut adalah beberapa strategi e – commerce supply chain management yang perlu Anda lakukan, antara lain :. Proses retur barang menjadi mudah; IndustriMakanan dan minuman di Indonesia tumbuh pesat. Sebagai negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia dan potensi pasar pengolahan kopi yang terus tumbuh, Industri perlu menerapkan Supply Chain Management untuk keunggulan bersaing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Supply Chain Management terhadap DefinisiSupply Chain Management. Supply Chain Management atau manajemen rantai pasok merupakan bagian yang sangat penting pada sebuah perusahaan. SCM yang baik mengindikasikan daya saing perusahaan yang tinggi dan berkualitas. Supply Chain Management sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian perancanganpada Implementasi Supply Chain Management (SCM) pada toko alat-alat olah raga berbasis web. Study kasus Dodi Sport, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem ini dibuat untuk memudahkan dalam pengelolaan data barang. 2. sistem ini di buat untuk mengecek stock barang agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan barang. 3 Secaraumum fungsi distribusi dan transportasi pada dasarnya adalah menghantarkan produk dari lokasi dimana produk tersebut diproduksi sampai mereka akan digunakan (Pujawan, 2017). 2.2.1. Peran Transportasi pada Supply Chain Management. Transportasi mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi lain saat mereka berpindah dari titik 8oLOYV. Dalam proses bisnis terdapat aktivitas-aktivitas yang krusial dalam alurnya. Untuk memproduksi suatu barang, tentu saja dibutuhkan bahan baku. Supaya bahan baku atau material produksi bisa sampai ke tangan produsen, maka diperlukan pemasok atau supplier bahan baku tersebut. Dalam mata rantai bisnis, setiap prosesnya penting untuk dikelola. Strategi supply chain atau mata rantai pasok merupakan hal paling krusial demi lancarnya proses bisnis dari alur bahan mentah yang berasal dari supplier hingga menjadi barang jadi dan sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, SCM atau Supply Chain Management dibutuhkan untuk mengelola mata rantai pasok. SCM Supply Chain Management mengurus seluruh alur produksi barang maupun jasa, mulai dari komponen mentah hingga pengiriman akhir produk ke konsumen. Dalam menjalankan strategi SCM Supply Chain Management, sebuah perusahaan membuat sebuah jaringan supplier yang menggerakkan produk sepanjang proses dari material mentah hingga ke pihak-pihak yang berinteraksi langsung dengan user. Apa itu Supply Chain?Tipe-tipe Supply Chain1. Upstream Supply Chain2. Downstream Supply Chain3. Internal Supply ChainApa itu SCM Supply Chain Management?Tujuan dari SCM Mengapa SCM Supply Chain Management Penting bagi Sebuah Bisnis?Kelebihan dan Kekurangan SCM Supply Chain ManagementPerbedaan Logistik dan Supply ChainCara Kerja SCM Supply Chain Management pada Bisnis1. Perencanaan2. Penyediaan Sumber Daya3. Manufaktur4. Pengiriman dan Logistik5. PengembalianPenerapan dan Contoh SCM Supply Chain ManagementPeran Software SCM Apa itu Supply Chain? Supply chain dapat diartikan sebagai mata rantai pasok. Dalam kegiatan bisnis, supply chain memiliki penjelasan lebih dalam yaitu sebagai proses secara menyeluruh dari pembuatan dan penjualan produk-produk komersial, termasuk setiap tahapan dari alurnya yaitu dari pemasokan material atau bahan dan proses manufaktur barang yang juga melalui proses distribusi dan penjualan. Lingkup supply chain meliputi sebuah jaringan dari semua organisasi, individu, sumber daya, aktivitas, transportasi, peralatan, dan juga teknologi yang terlibat dalam proses produksi dan penjualan sebuah produk ataupun jasa. Supply chain menjabarkan semua proses dari pengiriman sumber bahan baku dari supplier sampai ke produsen hingga akhirnya dikirim dan sampai ke tangan user atau konsumen. Tipe-tipe Supply Chain Proses-proses yang terdapat di dalam supply chain cukup kompleks dan banyak bagian yang terus bergerak sehingga mengelolanya pun tidak mudah. Supply chain disederhanakan menjadi tiga jenis sebagai berikut 1. Upstream Supply Chain Upstream supply chain melingkupi semua aktivitas yang berkaitan dengan bagian-bagian dari supplier, yaitu pihak yang menyediakan sumber bahan mentah dan mengirimkannya ke manufaktur. Proses upstream termasuk pengadaan bahan mentah untuk produksi barang dan biaya operasional produksi. Perusahaan yang berfokus pada upstream supply chain dapat memastikan kualitas produk jadi, melacak level inventaris, meminimalisir kekurangan material mentah, dan meningkatkan kepuasan konsumen akhir. 2. Downstream Supply Chain Downstream supply chain merujuk pada aktivitas setelah proses manufaktur, seperti aktivitas distribusi produk ke toko ritel atau e-commerce dan penjualan ke konsumen akhir. Operasional downstream supply chain termasuk juga pemenuhan pemesanan produk dan pengiriman. Alur informasi dari downstream supply chain berakhir pada konsumen akhir. Perusahaan yang berfokus pada downstream supply chain dapat meningkatkan pengalaman konsumen dan menimba keuntungan yang kompetitif. Pengiriman produk yang tepat waktu adalah kunci dari proses downstream. 3. Internal Supply Chain Internal supply chain yaitu aktivitas dalam mata rantai pada sebuah perusahaan yang menyediakan material produksi dan pabrikasi. Proses ini melibatkan fungsi-fungsi multipel di dalam perusahaan seperti penjualan, produksi, dan distribusi. Performa perusahaan akan meningkat dengan integrasi dari fungsi-fungsi tersebut. Apa itu SCM Supply Chain Management? SCM Supply Chain Management adalah proses pengelolaan pengiriman produk mulai dari bahan mentah yang diolah hingga menjadi produk jadi ke konsumen. Termasuk di dalamnya itu perencanaan suplai, perencanaan produk, perencanaan demand, penjualan dan perencanaan operasional, dan manajemen suplai. SCM Supply Chain Management mengoptimasi pembuatan produk dan alur dari sumber bahan mentah lalu ke proses manufaktur, logistik, dan akhirnya pengiriman ke konsumen akhir. Pengelolaan supply chain ini meliputi perencanaan dan eksekusi proses yang terintegrasi yang dibutuhkan untuk mengelola pergerakan material, informasi, hingga modal keuangan dalam segala aktivitas yang secara luas melibatkan perencanaan demand, suplai, produksi, manajemen inventaris dan gudang penyimpanan, transportasi atau logistik, dan pengembalian produk yang cacat produksi atau berlebih. SCM Supply Chain Management bertumpu pada strategi bisnis, spesialisasi software, dan kolaborasi kerja. Dengan proses yang ekspansif dan kompleks, setiap pihak mulai dari supplier hingga manufaktur dan seterusnya harus berkomunikasi dan bekerja sama untuk menciptakan efisiensi, mengelola risiko, dan beradaptasi pada perubahan dengan cepat. Tujuan dari SCM Ada beberapa objektif dari SCM Supply Chain Management yang penting untuk dipahami. SCM Supply Chain Management mempunyai tujuan yaitu menyelaraskan suplai dan demand secara efektif dan efisien. Selain itu juga untuk menghindari berbagai macam masalah yang dapat muncul selama proses integrasi supply chain. Masalah yang sering muncul terkait dengan pengadaan sumber daya, pengelolaan akuisisi, manajemen supplier, manajemen customer relationship, identifikasi masalah dan meresponnya, dan juga manajemen risiko. Objektif strategik dari SCM Supply Chain Management adalah untuk memenangkan kompetisi pasar atau paling tidak untuk bertahan di pasar. Untuk memenangkan kompetisi, sebuah bisnis harus mampu menyediakan produk yang benar-benar bagus dan layak. Supply chain harus bisa menyediakan produk yang terjangkau, berkualitas, dan bervariasi. Jika produk bisa memenuhi demand dan ekspektasi konsumen, bisnis Anda akan dengan mudah memenangkan kompetisi pasar. Mengapa SCM Supply Chain Management Penting bagi Sebuah Bisnis? Sistem SCM Supply Chain Management yang efektif dapat meminimalisir biaya, limbah, dan waktu pada siklus produksi. Standar industri yaitu menjadi just-in-time supply chain di mana penjualan ritel secara otomatis memberikan sinyal penambahan pesanan kepada manufaktur. Stok ritel kemudian bisa ditambahkan hampir secepat produk tersebut terjual. Satu cara untuk meningkatkan proses ini adalah menganalisa data dari supply chain partner untuk melihat di bagian mana yang membutuhkan perhatian dan peningkatan lebih jauh. Dengan menganalisa data dari supply chain partner, SCM dapat berjalan efektif dan dapat meningkatkan value siklus supply chain. Mengidentifikasi potensi masalah. Ketika seorang konsumen memesan produk melebihi kemampuan manufaktur untuk menyediakan produk tersebut, pembeli bisa jadi komplain terkait pelayanan yang buruk. Melalui analisis data, manufaktur jadi bisa mengantisipasi kekurangan tersebut sebelum pembeli harga secara dinamik. Produk yang musiman mempunyai masa umur yang terbatas. Pada akhir musimnya, produk-produk ini biasanya dijual dengan diskon yang besar. Maskapai penerbangan dan hotel misalnya, biasanya akan menyesuaikan harga secara dinamik untuk memenuhi permintaan. Dengan menggunakan software analitik, teknik prediksi yang serupa dapat meningkatkan alokasi inventaris yang menjanjikan. Tool dari software analitik membantu mengalokasikan sumber daya dan menjadwalkan kerja berdasarkan prediksi penjualan, pemesanan barang, dan pengiriman material mentah. Manufaktur dapat mengkonfirmasi tanggal pengiriman produk ketika pemesanan dilakukan. Hal ini dapat secara signifikan menghindarkan dari kesalahan pemenuhan pesanan. Kelebihan dan Kekurangan SCM Supply Chain Management SCM Supply Chain Management mempunyai beberapa kelebihan yang mendatangkan keuntungan bagi sebuah bisnis sehingga berdampak pada profit yang lebih tinggi dan brand image yang lebih baik serta keuntungan kompetitif yang lebih baik juga. Beberapa kelebihannya yaitu Kemampuan yang lebih baik untuk memprediksi dan memenuhi permintaan konsumenVisibilitas supply chain yang lebih baik, manajemen risiko dan sifat prediktifMengurangi proses yang tidak efisien dan limbah produkKualitas produk meningkatMeningkatkan sustainability, baik dari sudut pandang yang bersifat sosial maupun lingkunganMemangkas biaya yang tidak diperlukanMeningkatkan cash flowLogistik lebih efisien Selain mempunyai kelebihan, SCM Supply Chain Management juga mempunyai beberapa kekurangan dalam penerapannya. Setiap bisnis dalam menjalankan SCM Supply Chain Management tentu akan berhadapan dengan beberapa tantangan yang merupakan kekurangan dari penerapan SCM Supply Chain Management itu sendiri jika dalam pelaksanaannya kurang mempunyai strategi yang tepat, yaitu seperti berikut Ketersediaan bahan baku yang tidak terpenuhi jika mempunyai supplier yang tidak berkomitmenBanyak pihak terlibat dan memiliki kepentingan yang beragamKetersediaan produk yang tidak pasti jika kapasitas pabrik tidak dimaksimalkanStok produk yang berlebihan jika proses distribusi terhambatPermintaan produk tidak pasti karena kurangnya pemasaran produk Perbedaan Logistik dan Supply Chain SCM Supply Chain Management memetakan strategi dan aktivitas-aktivitas yang dimasukkan ke dalam perencanaan, penyediaan sumber daya, produksi, dan pengiriman barang, dan juga mengatasi masalah pengembalian barang. Logistik berfokus pada produk yang tepat berada di tempat yang tepat pula dan di waktu yang tepat, dan bagaimana produk-produk tersebut sampai di sana. Kunci perbedaan antara SCM Supply Chain Management dan logistik yaitu terletak pada jangkauan dan fokusnya. Kunci perbedaan di antara mereka termasuk Logistik adalah aktivitas-aktivitas di dalam SCM Supply Chain Management. SCM melakukan berbagai aktivitas seperti produksi dan perencanaan inventaris, perencanaan kerja, manajemen material dan fasilitas, manufaktur dan pengiriman barang dan Supply Chain Management bertujuan untuk meningkatkan proses untuk mencapai keuntungan yang kompetitif, sedangkan logistik menekankan pada pemenuhan kebutuhan konsumen dan ekspektasi fokus pada pengiriman barang yang efisien dan efektif ke mengontrol pengembangan bahan baku mentah hingga menjadi produk jadi yang berpindah dari supplier ke produsen lalu ke gudang kemudian ke ritel dan akhirnya ke konsumen. Berikut perbedaan SCM Supply Chain Management dan logistik yang dijabarkan dalam tabel LogistikSCM Supply Chain ManagementLogistik merupakan satu aktivitas di dalam SCMSCM meliputi aktivitas-aktivitas yang cukup luas; termasuk perencanaan, penyediaan sumber material, manajemen kerja dan fasilitas, produksi dan pengiriman barang dan jasaLogistik berfokus pada pengiriman barang secara efisien dan efektif ke konsumenSCM menargetkan performa operasional yang lebih tinggi yang akan memberikan bisnis sebuah keuntungan yang kompetitifLogistik berpusat pada pemindahan dan transportasi barang dalam sebuah perusahaanSCM memangku pengembangan material mentah menjadi barang jadi yang berpindah dari produsen ke manufaktur. Barang-barang tersebut di distribusikan ke ritel atau langsung ke konsumen Cara Kerja SCM Supply Chain Management pada Bisnis Ada lima komponen dari sistem SCM Supply Chain Management yang dijelaskan sebagai berikut 1. Perencanaan Perencanaan dan pengelolaan semua sumber daya sangat penting untuk memenuhi permintaan konsumen atas produk atau jasa sebuah bisnis. Ketika supply chain sudah ditentukan dan tetap, tentukanlah metrik untuk mengukur apakah supply chain efisien, efektif, memperlihatkan value ke konsumen dan memenuhi tujuan perusahaan. 2. Penyediaan Sumber Daya Pilihlah supplier untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk membuat produk-produk bisnis Anda. Lalu, tetapkan proses untuk memonitor dan mengelola hubungan supplier. Kunci prosesnya termasuk pemesanan, penerimaan, pengelolaan inventaris dan otorisasi pembayaran supplier. 3. Manufaktur Aturlah dengan baik semua aktivitas yang dibutuhkan untuk menerima bahan baku mentah, manufaktur produk, menguji kualitas, mengepak untuk pengiriman dan menjadwalkan pengiriman. 4. Pengiriman dan Logistik Koordinasikan pesanan konsumen, penjadwalan pengiriman, pengiriman muatan, invoice untuk konsumen, dan penerimaan pembayaran. 5. Pengembalian Buatlah sebuah jaringan atau alur untuk mengambil kembali barang yang cacat produksi, kelebihan produk, atau produk yang tidak diinginkan. Penerapan dan Contoh SCM Supply Chain Management Perusahaan umumnya mempunyai sebuah sistem SCM Supply Chain Management yang melibatkan beberapa pihak yang berkaitan dalam satu alur melalui 6 langkah, yaitu bahan baku mentah, supplier, manufaktur, distribusi, ritel, dan konsumen. Sumber Penjelasannya sebagai berikut Bahan Baku mentah Langkah pertama yang merupakan tahap awal supply chain adalah penyediaan bahan baku mentah yang sesuai dengan kriteria dan standar perusahaan. Harus dipastikan ketersediaan bahan baku mentah memenuhi permintaan perusahaan sehingga tidak menimbulkan masalah pada proses selanjutnya. Supplier Bahan baku mentah yang sudah memenuhi syarat perusahaan dikirim ke supplier yang kemudian dijual kembali dalam jumlah besar ke berbagai perusahaan yang membutuhkan untuk produksi barang atau jasa. Manufaktur Sesampainya di manufaktur, bahan baku mentah tersebut diolah hingga menjadi produk jadi. Kemudian dilakukan pula pengujian produk sehingga lolos uji kualitas, lalu produk jadi yang lolos uji kualitas akan didistribusikan ke konsumen. Distributor Distributor bertugas mendistribusikan produk ke seluruh area target. Biasanya distributor tidak menyalurkan barang langsung ke konsumen akhir, namun ke pedagang ritel terlebih dahulu. Ritel Pengusaha ritel memegang kendali penuh untuk urusan pemasaran produk. Pihak ritel ini yang langsung berinteraksi dengan konsumen akhir dan menjual produknya langsung ke konsumen akhir. Konsumen Setelah melalui 5 langkah sebelumnya, produk akhirnya pun sampai di konsumen akhir. Pihak konsumen ini yang kemudian akan menentukan demand produk selanjutnya. Setelah berada di tangan konsumen, siklus supply chain ini kembali berputar mulai dari bahan baku mentah untuk produksi. Dalam penerapannya, SCM memiliki 4 model yaitu model make-to-stock terintegrasi, model build-to-order, model penambahan berkelanjutan, dan model perkumpulan channel. Contohnya, Starbuck menerapkan model make-to-stock terintegrasi. Model ini melacak permintaan konsumen secara real-time, sehingga inventaris bisa diproses dan distok ulang secara efisien. Data yang didapat secara real-time juga dapat digunakan untuk mengembangkan dan memodifikasi rencana produksi dan penjadwalan. Starbuck menggunakan beberapa channel distribusi ― tidak hanya menjual minuman kopi ke konsumen tetapi juga menjual biji kopi dan juga bubuk kopi untuk bisnis yang lebih besar lintas industri. Starbuck sukses mengintegrasi semua sumber dari permintaan dengan menggunakan sistem informasi otomatis untuk manufaktur. Sistem ini melingkupi perencanaan, manufaktur, penjadwalan, dan kontrol inventaris. Peran Software SCM Beberapa masalah bisa muncul dalam pelaksanaan SCM. SCM harus bisa mengontrol area jaringan distribusi mulai dari jumlah, lokasi, supplier fasilitas produksi, pusat distribusi, pergudangan, dan konsumen. Untuk melaksanakan proses supply chain ini, dibutuhkan sebuah strategi sehingga bisa lebih efektif dan efisien. Oleh karenanya, dibutuhkan teknologi terintegrasi atau software sehingga proses distribusi dapat berjalan dengan lancar. Dengan bantuan software distribusi, informasi harga distribusi, inventaris, dan juga masalah transportasi bisa terlaksana dengan lancar. Salah satu software distribusi yang bisa Anda gunakan demi kelancaran proses SCM perusahaan Anda yaitu Sidig. Pelajari selengkapnya dengan mengunjungi Munculnya Supply Chain Management SCM dilatarbelakangi oleh dua hal pokok, yaitu praktik manajemen logistik tradisional yang tidak lagi relevan dan adanya perubahan lingkungan bisnis. Fakta membuktikan bahwa, untuk saat ini sudah tidak relevan lagi melakukan praktek manajemen logistik secara tradisional karena tidak dapat menciptakan keunggulan yang kompetitif. Selain itu, adanya perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah strategi baru agar kebutuhan produksi segera terpenuhi dengan adanya rantai pasokan yang tepat. Untuk meningkatkan manajemen pasokan, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, perlu dilakukan pengelolaan persediaan yang lebih efektif dan efisien, dengan melakukan monitoring terhadap permintaan dan pasokan barang secara berkala. Kedua, perlu adanya hubungan yang baik dengan pemasok, sehingga dapat terjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam hal harga, kualitas, dan waktu pengiriman. Ketiga, diperlukan teknologi yang tepat guna dalam manajemen pasokan, seperti perangkat lunak ERP Enterprise Resource Planning dan SCM Supply Chain Management, untuk memudahkan pengelolaan data dan informasi dalam rantai pasok. Perkembangan lingkungan industri di era global seperti sekarang ini sangat dinamis sehingga menjadi faktor yang mendorong setiap perusahaan untuk menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Perusahaan harus bisa mengidentifikasi faktor kunci untuk sukses dan memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan yang ikut diunggulkan dalam iklim persaingan. Setiap perusahaan terus berasing dan berupaya agar bisa memberikan produk terbaik kepada target pasar yang cenderung sama. Baca juga Pengertian Manajemen Supply Chain Dan 6 Tantangan & Solusi Untuk Perusahaan Strategi Supply Chain Management untuk Optimasi Distribusi source Konteks produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen dalam manajemen produksi dan operasi adalah kombinasi produk yang memiliki minat dan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Dengan demikian, menyajikan sebuah produk merupakan tantangan utama bagi perusahaan meskipun dari sudut pandang lain bisa juga peluang bagi sistem produksi. Dalam upaya pemenuhan produk tersebut, perusahaan harus segera memulai dari tindakan mengidentifikasi selera konsumen, mengupayakan seluruh kebutuhan input dari pemasok untuk memproduksi, dan mendistribusikan produk sesuai dengan selera konsumen atau target pasar yang dibidik. Karakter konsumen secara umum adalah mengharapkan agar bisa memperoleh produk yang memiliki manfaat unggul pada tingkat harga yang terjangkau. Setiap perusahaan berusaha secara optimal dalam memanfaatkan seluruh aset dan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi upaya tersebut tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda untuk setiap perusahaan. Agar perusahaan mampu menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga bersaing, maka perusahaan terkait dituntut untuk bisa mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi biaya tersebut melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok. Optimasi distribusi tersebut dapat dicapai melalui penerapan konsep dan strategi Supply Chain Management SCM. Berikut ini, 7 Strategi Supply Chain Management SCM yang perlu dilakukan perusahaan agar bisa menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki. Baca juga Apa Itu Distribusi, Tujuan, Beserta Fungsinya Dalam Penjualan Mengetahui Tantangan Internal Supply Chain Management Perusahaan Setiap perusahaan yang ingin menang dalam persaingan dan terus bertahan dalam goncangan bisnis harus harus memiliki strategi yang tepat dalam segala aktivitas usahanya. Strategi akan mengarahkan jalannya perusahaan ke tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Strategi diperlukan oleh untuk menggambarkan atas sebuah keputusan atau aksi tunggal dan berbagai keputusan atas aksi yang dilakukan. Dalam konteks Supply Chain Management SCM, banyak keputusan yang bisa diambil oleh perusahaan yang secara tidak langsung menjadi hambatan tersendiri. Misalnya keputusan untuk mendirikan pabrik baru, menambah kapasitas produksi, merencanakan produk baru, mengalihkan tanggung jawab pengelolaan persediaan, mengganti sistem manajemen pergudangan, mengurangi jumlah pemasok, menentukan sistem pengendalian kualitas produk yang baru, dan lain sebagainya. Strategi Supply Chain Management harus dibentuk atas keputusan dan tindakan yang menentukan aturan, tujuan, dan aktivitas dari suatu perusahaan. Rekonsiliasi antara kebutuhan pasar dengan sumber daya perusahaan merupakan tantangan internal Supply Chain Management SCM karena akan menghubungkan dengan semua pihak yang luas dengan kurimatan yang tinggi. Beberapa strategi operasional dalam mengatasi supply chain disruption dan contohnya Supply chain disruption dapat terjadi karena banyak faktor seperti bencana alam, kekurangan pasokan, masalah transportasi, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mengadopsi beberapa strategi operasional, di antaranya adalah diversifikasi pasokan, inventarisasi kembali, dan penggunaan teknologi digital. Salah satu strategi operasional dalam mengatasi supply chain disruption yang dapat diimplementasikan adalah diversifikasi pasokan. Diversifikasi pasokan bertujuan untuk meminimalkan risiko ketergantungan pada satu atau beberapa pemasok utama, sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelancaran operasional meskipun terjadi gangguan pada satu pemasok. Contohnya, perusahaan yang memproduksi komponen elektronik dapat mengurangi risiko pasokan dengan memperluas jaringan pemasoknya ke beberapa negara atau wilayah. Dengan cara ini, jika terjadi gangguan pasokan di satu negara atau wilayah, perusahaan masih dapat memperoleh pasokan dari pemasok di negara atau wilayah lainnya. Namun, perlu diingat bahwa diversifikasi pasokan juga memerlukan biaya tambahan, seperti biaya pengadaan, transportasi, dan penyimpanan barang. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang sebelum menerapkan strategi ini dan memastikan bahwa manfaatnya lebih besar daripada biayanya. Menentukan tindakan yang tepat Sebagai tantangan pertama, perusahaan harus menentukan tindakan yang tepat dalam menciptakan rekonsiliasi antara yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut. Kelangsungan hidup perusahaan ada pada persediaan bahan baku untuk menciptakan sebuah produk dan cara perusahaan tersebut dapat memenuhi permintaan konsumen. Segala upaya harus dilakukan agar produk dapat sampai ke tangan konsumen. Dalam faktor ini, banyak tantangan internal yang dihadapi perusahaan dalam Supply Chain Management. Misalnya, keadaan modal perusahaan yang tidak terlalu tinggi sehingga harus menekan biaya. Selain itu, masalah juga bisa muncul karena faktor pemasok yang menawarkan harga terlalu tinggi di luar kemampuan modal perusahaan. Baca juga Purchase Order Dan Cara Mengatasi Kendalanya Di Era Digital Jika hal-hal tersebut terjadi, maka perusahaan dapat memilih untuk mengurangi persediaan sekaligus mengurangi waktu tunggu. Tetapi, keputusan tersebut juga harus didukung dengan sarana dan prasarana yang baik dan penjadwalan yang tertata rapi agar persediaan bisa tepat pada waktunya. Persediaan menumpuk Selanjutnya, tantangan juga bisa berasal dari semakin banyak persediaan yang menumpuk di gudang sehingga bisa menimbulkan biaya perawatan yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan harus bersaing secara global, maka ada beberapa permasalahan dan tantangan yang umum dihadapi, yaitu adanya kuota dan tarif yang menghalangi kelancaran proses produksi. Setiap tantangan bisa menjadi kerumitan sendiri dan memerlukan penangan yang tepat. Bernegosiasi dengan Banyak Pemasok source Strategi Supply Chain Management SCM selanjutnya adalah bernegosiasi dengan banyak pemasok. Perusahaan bisa mencari banyak pemasok dan memilih satu atau beberapa di antara yang memiliki penawaran paling menarik bagi perusahaan. Umumnya, perusahaan akan menjatuhkan pilihan bagi pemasok yang memberikan penawaran rendah. Perusahaan juga bisa memutuskan untuk bernegosiasi dengan beberapa pemasok. Tindakan ini untuk pencegahan jika suatu hari terjadi masalah terhadap salah satu pemasok dan untuk menjaga agar rantai pasokan tidak terputus. Tindakan ini juga berguna agar perusahaan dapat terus melanjutkan kegiatan produksi. Mengembangkan Hubungan Kemitraan Perusahaan perlu mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan satu atau beberapa pemasok sesuai dengan kebutuhan. Para pemasok yang telah lama menjalin hubungan dengan perusahaan tentu sudah memahami tujuan dari perusahaan. Pemasok tersebut biasanya akan lebih berkomitmen untuk berpartisipasi dalam sistem just in time. Perusahaan akan diuntungkan karena tidak perlu lagi mempunyai gudang untuk persediaan. Pemasok akan mengirim persediaan tepat pada saat perusahaan membutuhkan bahan baku produksi. Baca juga Aktivitas Logistik Yang Mungkin Belum Anda Ketahui Namun, mengembangkan hubungan kemitraan memang tidak karena pada umumnya perusahaan hanya mau menerapkan sistem ini pada para pemasok yang telah dipercayai. Jika dibandingkan perusahaan yang menggunakan pemasok yang sedikit dengan hubungan kemitraan, maka akn dapat menekan biaya menjadi lebih rendah daripada perusahaan yang mempunyai banyak pemasok. Setiap akumulasi biaya kirim dari pemasok berbeda-beda dam akan menjadi beban anggaran yang lebih besar bagi perusahaan. Pada dasarnya, setiap perusahaan boleh saja memilih beberapa pemasok. Namun, terlalu banyak memilih pemasok juga akan akan menimbulkan biaya yang lebih besar sehingga solusi yang tepat adalah mengembangkan kemitraan dengan pemasok yang telah memberikan track record terbaik. Indikator kesuksesan setiap perusahaan akan sangat ditentukan dengan hubungan yang sehat dengan dengan supplier atau pemasok. Hubungan kemitraan dengan pemasok harus dipertahankan dan diperkuat secara rutin, meskipun manfaat finansial tidak didapat secara langsung oleh perusahaan. Untuk membangun kemitraan bisa dimulai dengan membangun komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli. Hubungan yang baik tentu akan berdampak pada kemudahan transaksi, peningkatan performa masing-masing pihak, dan meminimalisir terjadinya konflik di kemudian hari. Melakukan Integrasi Vertikal source Strategi Supply Chain Management SCM bisa dilakukan dengan cara integrasi vertikal untuk mengembangkan kemampuan perusahaan dalam memproduksi barang yang telah diperoleh dari pemasok. Ada dua macam integrasi vertikal yang bisa dilakukan, yaitu integrasi mundur dan integrasi maju. Integrasi mundur bisa dilakukan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku dari pemasok sehingga bisa membuat barang sesuai keinginan konsumen. Adapun integrasi maju menuntut produsen atau perusahaan membeli komponen yang berupa produk jadi. Baca juga Panduan Manajemen Gudang Agar Berfungsi Secara Optimal Integrasi mundur bisa menjadi berbahaya bagi perusahaan karena jika salah menginvestasikan uang yang dimiliki, maka maka akan kesusahan dalam menghadapi gelombang bisnis selanjutnya. Begitu pula dengan integrasi maju, jika perusahaan lengah dalam membaca tren pasar, maka kerugian yang akan dialami tentu akan sangat besar. Namun, kedua jenis integrasi vertikal tersebut bisa memfasilitasi komunikasi dan hubungan bisnis yang sehat karena beberapa perusahaan bisa melakukan bisnis secara kolaboratif untuk melayani konsumen akhir. Integrasi vertikal akan mendorong kolaborasi perusahaan yang terlibat untuk menentukan tujuan bersama dan kesesuaian tujuan ditetapkan dengan baik. Selain itu, ada biaya transaksi yang lebih rendah dan komitmen untuk menciptakan kualitas barang yang tinggi. Dua opsi integrasi vertikal ini mungkin tidak dapat dijalankan oleh banyak perusahaan. Beberapa pemasok lebih suka melakukan bisnis secara mandiri karena memiliki kapasitas yang signifikan dan kemampuan untuk menikmati skala ekonomi yang lebih besar. Membangun Virtual Company source Dengan memiliki virtual company, maka perusahaan bisa membangun hubungan yang luas dengan berbagai pemasok untuk menyediakan bahan baku yang diinginkan. Namun, virtual company harus dilengkapi dengan manajemen perusahaan yang bagus supaya bisa memberikan biaya yang rendah, beroperasi secara efisien, menciptakan kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif. Perusahaan Maya virtual company bisa mengandalkan berbagai hubungan dengan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Virtual Company akan memudahkan perusahaan untuk menjalin hubungan dengan beberapa layanan jasa seperti pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, desain produk, saluran distribusi, dan rantai pasokan. Hubungan juga bisa bersifat jangka pendek atau jangka panjang dengan berbagai bentuk kemitraan seperti mitra sejati, kolaborasi, pemasok, subkontraktor, dan lain sebagainya. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja yang lebih optimal dalam Supply Chain Management SCM. Baca juga Dasar-Dasar Leadership Dalam Manajemen Perusahaan Membangun Jaringan Keiretsu Istilah Jaringan Keiretsu pada awalnya digunakan untuk satu grup atau kumpulan perusahaan yang menopang ekonomi Jepang di abad ke-20. Dengan konsep jaringan keiretsu, perusahaan di Jepang mengambil bahan mentah dari grup perusahaannya sendiri sehingga mendukung supply chain untuk terus meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa setiap perusahaan yang terkait di dalam jaringan keiretsu sudah melaksanakan kolaborasi yang tepat, yaitu pada tingkat aliansi strategis. Namun, strategi ini sangat sulit diterapkan dalam konsep just in time JIT, khususnya jika tidak ada kesamaan kepentingan dan kolaborasi untuk tingkat produksi. Jaringan Keiretsu juga masih terhambat dengan adanya kesulitan dalam mencari kesamaan sistem dengan semua supplier. Mengoptimalkan Jaringan IT Terlibat Untuk membangun suatu sistem Supply Chain Management SCM, perusahaan harus memperhatikan 5 hal dasar, yaitu perencanaan, pemasok, produksi, distribusi, dan pengembalian. Perencanaan merupakan proses awal yang strategis dan harus dipikirkan mulai dari awal ketika akan memulai Supply Chain management SCM. Perencanaan juga menjadi suatu tolok ukur untuk menentukan tingkat efisiensi, harga, kualitas, dan penilaian dari pelanggan. Agar aktivitas produksi bisa lancar, maka dibutuhkan bahan baku dari pemasok yang siap menyalurkan bahan baku untuk produksi. Pemasok harus bisa menjaga kualitas bahan baku dan berkomitmen terhadap pasokan bahan baku dan harga. Pemasok juga harus kolaboratif dalam pemindahan bahan baku ke pabrik atau sarana produksi. Dengan ketersediaan bahan baku dari pemasok, maka perusahaan bisa segera melakukan aktivitas produksi atau pabrikasi yang bertujuan untuk pembuatan, pemeriksaan, pemaketan, dan persiapan pengiriman. Dalam aktivitas ini perusahaan harus bisa menentukan tolok ukur yang jelas tentang tingkat kualitas, tingkat produksi, dan efisiensi waktu. Dalam proses selanjutnya, maka perusahaan bisa mendistribusikan produk, baik secara langsung maupun melalui mata rantai distribusi yang telah dibentuk. Sedangkan untuk menjaga kepercayaan konsumen, kemungkinan layanan untuk pengembalian produk karena cacat atau rusak bisa saja terjadi. Baca juga Nine Indonesian Entrepreneurs Graduate From Unctad, And Alibaba Business School Integrasi ERP dan Aplikasi Distributor Agar semua hal dasar tersebut berjalan dengan lancar, maka perusahaan harus melibatkan banyak Jaringan IT di dalam SCM, yaitu ERP, IOIS, EDI, dan sebagainya. Enterprise Resource Planning ERP merupakan suatu metode untuk mengatur seluruh proses bisnis yang ada dalam suatu perusahaan dengan suatu arsitektur perangkat lunak. Sistem ERP sangat mendukung kegiatan Supply Chain Management SCM karena bisa mengotomatiskan sistem backend office system, front end office system, atau dalam hal peningkatan efisiensi, kualitas, produktivitas, dan keuntungan. Untuk meningkatkan kinerja sistem Supply Chain Strategy SCM, perusahaan membutuhkan perangkat lunak seperti Enterprise Resource Planning ERP. Penggunaan ERP bisa mengurangi biaya dan efisiensi waktu. Sistem ERP dilengkapi dengan fitur otomatis dan fungsionalitas Supply Chain Management SCM. Sistem tersebut dapat diprogram secara otomatis untuk melakukan pemesanan persediaan atau bahan baku kepada pemasok ketika tingkat persediaan sedang menurun atau berada pada tingkat tertentu. Otomatisasi ERP sangat perlu dilakukan, karena perusahaan akan mampu untuk mempertahankan tingkat persediaan secara preventif. Perusahaan juga bisa melakukan standarisasi dari ERP untuk berbagai kemudahan pekerjaan karyawan, meningkatkan akurasi, mendorong kinerja tim, menghemat waktu, menghemat biaya, dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan komunikasi. Sistem ERP dalam Sistem Supply Chain Management SCM Adanya sistem ERP juga sangat penting untuk mendapatkan wawasan data dalam sistem Supply Chain Management SCM. Perusahaan membutuhkan informasi yang akurat dan tepat waktu agar bisa segera pengambilan keputusan untuk strategi Supply Chain Management. Sistem ERP memungkinkan perusahaan dan manajemen yang terlibat bisa secara cepat mengakses inventaris, pembelian, dan data produksi, dan informasi lain untuk kepentingan pengambilan keputusan yang sangat penting. Baca juga 9 Pengusaha Muda Indonesia Dapat Pelatihan Dari Alibaba Sistem ERP juga dilengkapi dengan fitur inventaris yang memberikan visibilitas real time yang lebih tepat sesuai dengan tingkat persediaan bahan baku. Perusahaan akan bisa mengontrol kinerja para pemasok secara berkala karena sistem ERP disertai dengan matrik yang kuat untuk waktu siklus pemasok menyalurkan bahan baku. Dengan demikian, proses rantai pasokan dapat diminimalisir. SimpliDOTS melengkapi sistem ERP dengan Super Apps untuk distributor. Perusahaan dapat mengandalkan Sales Automation Platform yang lebih menunjang divisi penjualan dan pemasaran bersama SimpliDOTS. Selain itu, aplikasi SimpliDOTS dapat diintegrasikan dengan ERP atau aplikasi lainnya seperti administrasi, akuntansi, dan sebagainya. Dengan keunggulan sistem ERP terintegrasi SimpliDOTS, maka dapat mengurangi biaya administrasi dalam proses supply chain atau rantai pasokan. Dapatkan aplikasi SimpliDOTS sekarang secara gratis selama 14 hari, klik disini.

kelebihan dan kekurangan supply chain management